Fauna Nusantara


Fauna Nusantara-Indonesia dikenal sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di sepanjang garis khatulistiwa. Letaknya yang strategis serta kondisi geografis yang beragam menjadikan Nusantara sebagai rumah bagi berbagai jenis fauna dengan tingkat keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Bahkan, Indonesia termasuk dalam kategori mega-biodiversity country bersama Brasil dan Kongo.

Fauna Nusantara memiliki ciri khas unik karena dipengaruhi oleh tiga zona biogeografi dunia, yakni Oriental (Asia), Australis (Australia), dan Peralihan (Wallacea). Keanekaragaman fauna ini tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga aset penting bagi dunia. Namun, keberadaannya kini menghadapi tantangan besar akibat aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan.


Keanekaragaman Fauna Nusantara

1. Zona Fauna Asiatis (Oriental)

Wilayah barat Indonesia, meliputi Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Bali, termasuk dalam zona Oriental. Fauna di daerah ini memiliki kemiripan dengan satwa-satwa Asia.

Beberapa fauna khas zona ini antara lain:

  • Harimau Sumatra (Panthera tigris sumatrae): subspesies harimau terakhir di Indonesia yang kini berstatus kritis.

  • Orangutan (Pongo pygmaeus & Pongo abelii): kera besar endemik Kalimantan dan Sumatra yang dikenal cerdas dan terancam punah akibat deforestasi.

  • Badak Bercula Dua (Dicerorhinus sumatrensis): salah satu mamalia paling langka di dunia.

  • Gajah Sumatra (Elephas maximus sumatranus): lebih kecil dibanding gajah India, namun kini populasinya semakin terancam.

Selain itu, banyak spesies burung, reptil, dan mamalia kecil yang memperkaya keanekaragaman fauna di zona Asiatis.

2. Zona Fauna Australis

Wilayah timur Indonesia, seperti Papua dan Kepulauan Maluku, termasuk dalam zona Australis. Fauna di sini memiliki kemiripan dengan satwa Australia, misalnya kanguru pohon.

Contoh fauna khas zona ini:

  • Burung Cendrawasih: dikenal sebagai “burung surga” karena bulunya yang indah.

  • Kanguru Pohon (Dendrolagus spp.): hanya ditemukan di Papua dan sebagian kecil Australia.

  • Kasuarina (Casuarius casuarius): burung besar tidak bisa terbang dengan karakteristik kepala berhelm.

  • Kuskus (Phalanger spp.): hewan berkantung yang aktif di malam hari.

Wilayah Papua juga kaya dengan spesies ikan air tawar, reptil, dan serangga endemik yang belum banyak diteliti.

3. Zona Fauna Wallacea (Peralihan)

Zona Wallacea meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku bagian utara. Fauna di daerah ini merupakan perpaduan unik antara Asiatis dan Australis.

Fauna khas zona Wallacea antara lain:

  • Anoa (Bubalus depressicornis & Bubalus quarlesi): kerbau kerdil endemik Sulawesi.

  • Babirusa (Babyrousa babyrussa): babi hutan unik dengan gading melengkung.

  • Tarsius (Tarsius tarsier): primata mungil dengan mata besar, aktif di malam hari.

  • Komodo (Varanus komodoensis): kadal terbesar di dunia yang hanya ada di Nusa Tenggara Timur.

Keunikan Wallacea menjadikan wilayah ini sangat penting bagi penelitian ilmiah dan konservasi.


Ancaman terhadap Fauna Nusantara

1. Hilangnya Habitat

Deforestasi, alih fungsi lahan, dan perambahan hutan menjadi ancaman utama bagi kelangsungan hidup fauna Nusantara. Hutan tropis yang dahulu lebat kini semakin menyempit karena pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, tambang, dan pemukiman.

2. Perburuan Liar

Banyak satwa dilindungi yang diburu secara ilegal untuk diperdagangkan, baik sebagai hewan peliharaan maupun bahan konsumsi. Burung kicau, reptil, dan mamalia besar sering menjadi target perburuan liar.

3. Perubahan Iklim

Pemanasan global berdampak pada habitat satwa, khususnya yang bergantung pada ekosistem tertentu. Terumbu karang, hutan hujan, dan rawa gambut semakin terancam, sehingga berdampak pada satwa yang hidup di dalamnya.

4. Polusi dan Sampah Plastik

Laut Indonesia menghadapi pencemaran serius akibat sampah plastik. Banyak satwa laut seperti penyu, lumba-lumba, dan burung laut yang mati karena menelan plastik atau terjebak di dalamnya.


Upaya Pelestarian Fauna Nusantara

Konservasi In-Situ

Pelestarian langsung di habitat aslinya, seperti pendirian taman nasional, cagar alam, dan suaka margasatwa. Contohnya Taman Nasional Ujung Kulon untuk melindungi badak Jawa dan Taman Nasional Komodo untuk melestarikan komodo.

Konservasi Ex-Situ

Pelestarian di luar habitat asli, misalnya melalui kebun binatang, penangkaran satwa, hingga pusat rehabilitasi. Program ini dilakukan untuk menjaga spesies langka agar tidak punah.

Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat

Kesadaran masyarakat tentang pentingnya melestarikan fauna harus ditingkatkan. Kampanye lingkungan, edukasi di sekolah, serta promosi pariwisata berbasis konservasi dapat membantu menjaga keberlangsungan satwa.

Kerja Sama Internasional

Sebagai negara dengan biodiversitas tinggi, Indonesia juga bekerja sama dengan berbagai organisasi internasional seperti WWF, IUCN, dan CITES untuk melindungi satwa dari perdagangan ilegal dan kepunahan.


Kesimpulan

Fauna Nusantara adalah harta karun alam yang tidak ternilai. Dengan pengaruh tiga zona biogeografi — Asiatis, Australis, dan Wallacea — Indonesia memiliki satwa yang unik dan endemik. Namun, keanekaragaman ini terancam oleh aktivitas manusia seperti perburuan, deforestasi, polusi, dan perubahan iklim.

Upaya pelestarian melalui konservasi in-situ dan ex-situ, penguatan regulasi, serta kesadaran masyarakat sangat penting untuk menyelamatkan fauna Nusantara. Fauna bukan hanya bagian dari kekayaan alam, tetapi juga identitas bangsa dan penopang ekosistem yang harus diwariskan kepada generasi mendatang.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top